Siapakah manusia yang paling agung di jagat raya ini? Siapakah manusia yang paling dikasihi oleh Allah SWT, siapakah yang sering dibantu oleh malaikat saat berperang? Siapakah yang memiliki pasukan militan, yang sudah terbina mentalnya, yang memiliki keberanian luar biasa? Siapakah orang yang paling tawakal? Jawabannya tentu saja Rasulullah SAW.
Namun saat beliau akan melakukan perang, beliau sendiri menyiapkan segala perlengkapan, dan menyiapkan segala keperluannya. Beliau juga mempersiapkan segala persiapan yang melindungi dan menjaga keselamatan, mengutus mata- mata dan intelejen untuk mengetahui keadaan musuh, dan berusaha mengetahui titik-titik kelemahan musuh-musuh beliau.
Maka sungguh aneh jika ada manusia biasa yang merasa tidak memerlukan usaha dengan alasan tawakal. Jika manusia yang paling mulia saja tetap berusaha, mengapa manusia biasa dengan congkaknya mengatakan tidak perlu berusaha? Jika kita membaca sejarah beliau, kita bisa melihat bahwa ada keseimbangan antara tawakal dan usaha. Antisipasi dan usaha untuk masa depan sama sekali tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip tawakal.
Lain lagi jika sudah berusaha, namun hasilnya tidak juga kita dapatkan, disinilah waktunya untuk bertawakal kepada Allah SWT. Kita serahkan apa yang terbaik bagi diri kita menurut Allah SWT sambil kita berusaha lagi. Allah Maha Tahu, sehingga pasti akan tahu apa yang terbaik bagi kita, termasuk mungkin kita harus lebih banyak berusaha.
Tentang pentingnya usaha, mungkin kita perlu merenungkan hadits yang cukup menarik ini, karena isinya begitu fenomenal yang mematahkan pendapat orang yang mudah menyerah atau tidak mau berusaha dengan alasan tawakal, "Jika hari kiamat tiba sedangkan kalian masih memegang bibit pohon kurma, maka kalian masih dapat untuk tidak beranjak dari tempat kalian untuk menanamnya, maka tanamlah!"
(HR Ahmad dan Bukhari)
Namun saat beliau akan melakukan perang, beliau sendiri menyiapkan segala perlengkapan, dan menyiapkan segala keperluannya. Beliau juga mempersiapkan segala persiapan yang melindungi dan menjaga keselamatan, mengutus mata- mata dan intelejen untuk mengetahui keadaan musuh, dan berusaha mengetahui titik-titik kelemahan musuh-musuh beliau.
Maka sungguh aneh jika ada manusia biasa yang merasa tidak memerlukan usaha dengan alasan tawakal. Jika manusia yang paling mulia saja tetap berusaha, mengapa manusia biasa dengan congkaknya mengatakan tidak perlu berusaha? Jika kita membaca sejarah beliau, kita bisa melihat bahwa ada keseimbangan antara tawakal dan usaha. Antisipasi dan usaha untuk masa depan sama sekali tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip tawakal.
Lain lagi jika sudah berusaha, namun hasilnya tidak juga kita dapatkan, disinilah waktunya untuk bertawakal kepada Allah SWT. Kita serahkan apa yang terbaik bagi diri kita menurut Allah SWT sambil kita berusaha lagi. Allah Maha Tahu, sehingga pasti akan tahu apa yang terbaik bagi kita, termasuk mungkin kita harus lebih banyak berusaha.
Tentang pentingnya usaha, mungkin kita perlu merenungkan hadits yang cukup menarik ini, karena isinya begitu fenomenal yang mematahkan pendapat orang yang mudah menyerah atau tidak mau berusaha dengan alasan tawakal, "Jika hari kiamat tiba sedangkan kalian masih memegang bibit pohon kurma, maka kalian masih dapat untuk tidak beranjak dari tempat kalian untuk menanamnya, maka tanamlah!"
(HR Ahmad dan Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar