Kemanakah Kita Akan Pergi?
Ust. Abdul Hakim
Manusia berjalan menuju Allah swt dengan dua jenis perjalanan. Perjalanan qohri (ditetapkan oleh Allah) dan perjalanan ikhtiari (dalam wilayah ikhtiar manusia). Perjalanan qohri adalah perpindahan manusia dari satu alam ke alam lain dimulai dari alam dzur, kemudian alam rahim ibu, alam dunia, alam barzakh dan yang terakhir adalah alam akhirat. Tidak ada yang bisa menolak perjalanan jenis ini. Sedangkan perjalanan ikhtiari (dalam wilayah ikhtiar) adalah perjalanan ruh, akal, hati dan jiwa mendekat kepada Allah Ta'ala dengan menempuh berbagai jenjang maqomat (stasiun spiritual) dan ahwal (keadaan spiritual) dengan iman, ilmu dan amal. Perjalanan ini adalah pilihan kita untuk menempuhnya atau tidak menempuhnya.
Perlu kita perhatikan bahwa perjalanan jenis yang terakhir ini, ikhtiari, dapat menjadi penakar kadar kepintaran, kekayaan, kedewasaan bahkan harga diri seseorang. Meskipun tahu segala ilmu, kita tetap saja bodoh selama belum mengenal Yang Maha Mengetahui. Meskipun
memiliki harta sepenuh bumi, kita tetap saja miskin selama belum merasa kaya dengan Yang Maha Memiliki. Meski rambut sudah memutih, kita tetap anak-anak sebelum berani terjun dalam perang menentang hawa nafsu dan setan. Meski sudah berhasil mendatangi berbagai tempat di penjuru bumi, kita sebenarnya belum pergi kemana-mana kalau belum bisa
mendatangi hadirat suci Allah Ta'ala.
Seekor sapi ditakar harganya dengan berat dagingnya. Seekor perkutut dapat mengalahkan harga sapi bukan karena beratnya daging tetapi karena keindahan suara. Sebutir merah delima yang hanya beberapa gram saja dapat melampau harga sapi dan perkutut karena keindahan warnanya. Berapa harga kita di hadapan Allah? Daging dan tulang tubuh kita akan habis dimakan tanah. Harta akan kita tinggalkan atau meninggalkan kita. Semua yang sirna tidak dapat dijadikan takaran bagi yang suatu abadi. Kita tidak ditakar dari kegantengan, kecantikan
dan kekayaan, kita ditakar dari keadaan hati dan amal-amal kita. Sabda Nabi saw:
" Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Ia melihat hati dan amal kalian." (HR.Muslim dari Abu Hurairah ra)
Tidak ada seorang pun yang berselera membeli bangkai meskipun dengan harga rendah. Demikian juga dengan hati yang mati, tidak ada nilainya sama sekali dihadapan Allah Ta'ala. Meskipun jasad hidup, kita tetap saja disebut mayat selama hati tidak dawam mengingat Allah.
Bersabda saw: "Perumpamaan orang yang ingat pada Tuhannya dan yang tidak ingat pada Tuhannya seperti perumpamaan orang hidup dan orang mati." (HR. Bukhari dari Abu Musa ra)
Kedewasaan jasmani ditandai perubahan pada organ tertentu, kedewasaan ruhani ditandai perubahan pada hati. Ketika jasmani dewasa ia akan mencari pasangannya, ketika hati dewasa ia akan mencari Tuhannya. Jasmani tumbuh bersama perubahan waktu, hati tumbuh karena
mengutamakan Allah di atas segala sesuatu.
"Maka berlarilah kalian menuju Allah…" (QS.al-Dzâriyât: 50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar